Pendidikan Al-Qur’an Dalam Keluarga


Keluarga didefinisikan sebagai unit masyarakat terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Setiap komponen dalam keluarga memiliki peranan penting. Dalam ajaran agama Islam, anak adalah amanat Allah. Amanat wajib dipertanggungjawabkan. Jelas, tanggung jawab orang tua terhadap anak tidaklah kecil. Secara umum inti tanggung jawab itu adalah menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga. Kewajiban itu dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajar karena orang tua memang mencintai anaknya. Ini merupakan sifat manusia yang dibawanya sejak lahir.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa telah datang kepada Aisyah seorang ibu bersama dua anaknya yang masih kecil. Aisyah memberikan tiga potong kurma kepada wanita itu. Diberilah oleh anak-anaknya masing-masing satu, dan yang satu lagi untuknya. Kedua kurma itu dimakan anaknya sampai habis, lalu mereka menoreh kearah ibunya. Sang ibu membelah kurma (bagiannya) menjadi dua, dan diberikannya masing-masing sebelah kepada kedua anaknya. Tiba-tiba Nabi Muhammad SAW datang, lalu diberitahu oleh Aisyah tentang hal itu. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Apakah yang mengherankanmu dari kejadian itu, sesungguhnya Allah telah mengasihinya berkat kasih sayangnya kepada kedua anaknya”.
Uraian diatas menegaskan bahwa (1) wajib bagi orang tua menyelenggarakan pendidikan dalam rumah tangganya, dan (2) kewajiban itu wajar (natural) karena Allah menciptakan orang tua yang bersifat mencintai anaknya. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga dikatakan sebagai lingkungan pendidikan pertama karena setiap anak dilahirkan ditengah-tengah keluarga dan mendapat pendidikan yang pertama di dalam keluarga. Dikatakan utama karean pendidikan yang terjadi dan berlangsung dalam keluarga ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pendidikan anak selanjutnya. (Maman Rohman, 1991:24).
Para ahli sependapat bahwa betapa pentingnya pendidikan keluarga ini. Mereka mengatakan bahwa apa-apa yang terjadi dalam pendidikan keluarga, membawa pengaruh terhadap lingkungan pendidikan selanjutnya, baik dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat. Tujuan dalam pendidikan keluarga atau rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara maksimal yang meliputi seluruh aspek perkembangan yaitu jasmani, akal dan ruhani. Yang bertindak sebagai pendidik dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak. Ingatlah selalu kepada apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadistnya:
“Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah. Maka ibu-bapanyalah yang menasranikanatau menyahudikan atau memajusikannya. (H.R. Bukhari Muslim)
Dari hadist nabi tersebut tergambarkan bagaimana pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga. Dimana dalam hal ini keluarga berperan untuk membentuk pribadi anaknya ke arah yang lebih baik. Dan salah satu yang wajib diajarkan kepada anak adalah segala hal tentang Al-Qur’an karena Ia adalah pedoman hidup manusia.
Rasulullah saw bersabda: “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara; mencintani Nabimu, mencintai ahlul baitnya, dan membaca al-Qur’an karena orang-orang yang memelihara al-Qur’an itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya; mereka beserta para nabi-Nya dan orang-orang suci”. (HR. at-Thabrani)
PROBLEMATIKA/PERMASALAHAN YANG ADA
Kewajiban mengajarkan Al-Qur’an pada anak seringkali tidak berjalan dengan baik pada kebanyakan keluarga. Hal ini disebabkan oleh:
  1. Orang tua belum tahu waktu yang tepat untuk mulai mengenalkan Al-Qur’an pada anak. Sehingga banyak orang tua yang akhirnya mengandalkan TPA dan TK Islam untuk memberikan pendidikan Al-Qur’an bagi anaknya.
  2. Tidak dibangunnya kebiasaan yang baik di lingkungan keluarga dalam rangka mendekatkan lantunan ayat-ayat Qur’an pada anak.
  3. Kesibukan orang tua bisa menjauhkan anak dari kegiatan membaca, menghapal, dan belajar menuliskan Al-Qur’an.
  4. Orang tua masih menganggap Al-Qur’an sekedar bacaan. Sehingga dorongan untuk mengajak anak mengkaji hukum-hukum Islam dalam Al-Qur’an tidak menjadi prioritas.
SOLUSI/CARA PEMECAHAN
  1. Mengenalkan. Saat yang paling tepat mengenalkan al-Qur’an adalah ketika anak sudah mulai tertarik dengan buku. Sesekali perlihatkanlah al-Qur’an pada anak sebelum mereka mengenal buku-buku lain. Al-Qur’an juga bisa dikenalkan melalui huruf-huruf hijaiyah dengan menempelkannya di dinding agar mudah terlihat anak dan memancingnya untuk bertanya lebih lanjut.
  2.  Memperdengarkan. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an bisa diperdengarkan secara langsung atau dengan memutar kaset atau CD. Bagi ibu yang sedang mengandung, membaca al-Qur’an bisa membantu menenangkan hati dan pikirannya. Kondisi ini akan sangat membantu  perkembangan psikologis janin yang ada dalam kandungan. Al-Qur’an bisa diperdengarkan kapan saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia anak.
  3.  Menghapalkan. Menghapalkan Al-Qur’an bisa dimulai sejak anak lancar berbicara. Mulailah dengan ayat yang pendek atau potongan ayat. Agar anak lebih mudah mengingat, ayat yang sedang dihapal anak bisa juga dibaca ketika ayah menjadi imam atau ketika naik mobil dalam perjalanan. Hal itu juga sebagai upaya membiasakan diri untuk mengisi kesibukan dengan amalan yang bermanfaat.
  4. Membaca. Bimbing dan doronglah anak agar terbiasa membaca al-Qur’an setiap hari walau Cuma beberapa ayat. Jadikanlah membaca al-Qur’an, utamanya pada pagi hari usai shalat shubuh atau usai shalat maghrib, sebagai kegiatan rutin dalam keluarga. Alangkah baiknya membaca al-Qur’an ini dilakukan secara bersama-sama oleh anak-anak dibawah bimbingan orang tua. Dengan cara itu, rumah akan selalu dipenuhi dengan bacaan al-Qur’an, sehingga berkah.
  5. Menulis. Belajar menulis akan mempermudah anak dalam membaca al-Qur’an. Diktekan kepada anak kata-kata tertentu yang mempunyai makna. Dengan begitu, selain akan bisa menulis, sekaligus anak belajar bahasa arab. Sesekali di rumah, coba adakan lomba menulis ayat al-Qur’an. Berilah hadiah untuk anak yang paling rapi menulis.
  6. Mengkaji. Ajaklah anak mulai mengkaji isi al-Qur’an. Paling tidak, seminggu sekali kajian yang dipimpin ayah ini dilakukan. Tema yang diangkat bisa saja tema-tema yang berkaitan dengan perilaku anak selama seminggu dengan merujuk pada satu atau dua ayat al-Qur’an. Kajian ini sekaligus menjadi ajanag tawsiyah untuk seluruh keluarga. Tak ada salahnya jika sewaktu-waktu tema yang dikaji bisa diserahkan pada anak. Atau anak diminta untuk memimpin kajian. Sehingga bisa melatih keberanian anak dalam menyampaikan isi al-Qur’an.
  7. Mengamalkan dan Memperjuangkan. Al-Qur’an tidak hanya untuk dibaca, dihapal, dan dikaji. Justru yang paling penting adalah diamalkan seluruh isinya dan diperjuangkan agar benar-benar dapat menyinari kehidupan manusia. Kepada anak bisa diceritakan tentang bagaimana para Sahabat dulu yang sangat teguh berpegang pada al-Qur’an dan bersama Rasulullah sepanjang hidupnya berjuang agar al-Qur’an tegak dalam kehidupan.[341]